Laman

Selasa, 20 Februari 2018

Terima Kasih Ami (repost)


TERIMA KASIH AMI
“Pokoknya Ami gak mau ke masjid, kalau gak dikasih duit!” ujar Ami setengah teriak

“Khan malu sama teman-teman yang lain. Masa teman-teman inpak, tapi Ami nggak?!” Ami sedikit mer’engek

Ibunya yang paham putranya yang baru kelas 1 SD, hanya tersenyum. “Tapi Mi, ibu hanya punya uang pecahan Rp 2000. Kalo duit ini dimasukkan ke dalam kotak amal, Ami gak dapat uang jajan??”

“Gak pa-pa bu. Yang penting Ami bisa inpak.”

Memang seringkali anak-anak kecil mengejutkan orang dewasa. Mereka dapat bersikap lebih dewasa dari usianya. Siapa yang menyangka anak kecil dapat berkurban sedemikian rupa.

Ami yang saya kenal kini, berbeda dengan beberapa tahun yang lalu. Dulu, dia masih sering menangis. ‘Mengamuk’ bila tidak diberi uang jajan.

Kini, usianya kira-kira sudah menginjak 6 tahun. Dia rajin menunaikan shalat wajib bersama teman-temannya. Tiap harinya, dia ‘harus’ berinfak, memasukkan uang ke kotak amal. Entah siapa yang mendidiknya demikian, saya tidak tahu. Tapi sepertinya guru ngajinya yang mengajarkannya demikian.

Dia merasa tidak enak, bila teman-temannya berinfak sedangkan dirinya tidak. Dia lebih baik tidak jajan, daripada tidak berinfak.

Tinggal memolesnya saja sikap itu. Merubahnya menjadi sikap saling berlomba berbuat baik. ‘Menyulapnya’ menjadi sikap mengorbankan harta, karena Allah swt.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar