TERIMA KASIH
AMI
“Pokoknya Ami gak mau ke masjid,
kalau gak dikasih duit!” ujar Ami setengah teriak
“Khan malu sama teman-teman yang
lain. Masa teman-teman inpak, tapi Ami nggak?!” Ami sedikit mer’engek
Ibunya yang paham putranya yang
baru kelas 1 SD, hanya tersenyum. “Tapi Mi, ibu hanya punya uang pecahan Rp
2000. Kalo duit ini dimasukkan ke dalam kotak amal, Ami gak dapat uang jajan??”
“Gak pa-pa bu. Yang penting Ami
bisa inpak.”
Memang seringkali anak-anak kecil
mengejutkan orang dewasa. Mereka dapat bersikap lebih dewasa dari usianya.
Siapa yang menyangka anak kecil dapat berkurban sedemikian rupa.
Ami yang saya kenal kini, berbeda
dengan beberapa tahun yang lalu. Dulu, dia masih sering menangis. ‘Mengamuk’
bila tidak diberi uang jajan.
Kini, usianya kira-kira sudah
menginjak 6 tahun. Dia rajin menunaikan shalat wajib bersama teman-temannya.
Tiap harinya, dia ‘harus’ berinfak, memasukkan uang ke kotak amal. Entah siapa
yang mendidiknya demikian, saya tidak tahu. Tapi sepertinya guru ngajinya yang
mengajarkannya demikian.
Dia merasa tidak enak, bila
teman-temannya berinfak sedangkan dirinya tidak. Dia lebih baik tidak jajan,
daripada tidak berinfak.
Tinggal memolesnya saja sikap
itu. Merubahnya menjadi sikap saling berlomba berbuat baik. ‘Menyulapnya’
menjadi sikap mengorbankan harta, karena Allah swt.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar