Ajang unjuk kebolehan seni tarik suara di Indonesia bukan hal
yang baru. Bahkan dulu, berbagai televisi swasta seolah berlomba menyelenggarakan
acara ini.
Bila para pembaca penggemar musik, mungkin bisa ikut
menikmati alunan suara peserta yang berjalan serasi dengan musiknya. Kita akan
terkagum-kagum dengan ketinggian suara sang penyanyi. Kemampuannya dalam
berfalseto membuat kita begitu menikmati. Belum lagi kecanggihan penyanyi yang
pandai merubah nyanyian hingga berbeda dari penyanyi aslinya.
Saya ingat dalam salah satu ajang, kebetulan salah seorang juri yang notabene juga seorang penyanyi, nyanyiannya dibawakan oleh salah seorang peserta. Dia begitu terpesona melihat penampilan si peserta. Karena dia berhasil merubah nyanyian sedemikian rupa hingga beda banget dengan penyanyi aslinya.
Ketika giliran sang juri memberi komentar, dia berkata, “Gue
gak nyangka, lagu gue bisa dinyanyikan dengan seperti ini. Nanti kalo gue
bawain lagu ini, boleh yah, gue bawainnya seperti ini?”
Luar biasa memang. Penyanyi aslinya karena terpesona, sampai
tidak menyangka lagunya bisa dinyanyikan seperti itu. Bahkan bukan itu saja,
dia sampai berniat ingin menyanyikannya dengan model yang dibawakan oleh
peserta.
Dalam ajang yang lain, saya juga ingat, salah seorang peserta
menyanyikan lagu Bring me to life-nya Evanescense. Lagu aslinya memang enak,
tapi ternyata tidak kalah enak ketika dinyanyikan oleh salah seorang peserta.
Demikian pula backing vokalnya; yang tak lain juga salah seorang peserta. Gaya
menyanyikan rap yang dibawakannya begitu mengasyikkan.
Mereka yang lolos seleksi ini memang patut diacungkan jempol.
Tiap peserta mempunyai karekter suaranya masing-masing. Mempunyai kelebihan
masing-masing serta mempunyai kemampuan menyanyikan dengan genre musiknya
tersendiri.
Tapi nampaknya acungan jempol tidak cukup diberikan kepada
mereka yang lolos seleksi. Mereka yang tidak lolos seleksi pun perlu kita
acungkan jempol.
Kenapa? Kalo teman-teman pernah melihat tayangan menjelang
lolos seleksi, kita bisa menyaksikan berbagai kemampuan bernyanyi calon
peserta. Mereka yang sudah terbiasa menyanyi, bahkan juga ada yang berprofesi
sebagai penyanyi, tentu suaranya enak untuk didengar. Tapi bagi mereka yang
tidak terbiasa menyanyi, tidak pernah melatih olah vokalnya, sebelumnya tidak
pernah mengikuti lomba tarik suara; walau sekalipun, tentu –maaf bukan
bermaksud menghina- suaranya....ya begitu deh.
Para calon peserta yang suaranya...ya begitu deh itu, tentu
tidak lolos seleksi. Tapi ada satu hal yang mungkin patut kita renungi bersama.
Para calon peserta yang tidak lolos seleksi ini begitu berani untuk
mendaftarkan diri. Mereka begitu Pe De dan siap bersaing dengan mereka yang
sudah berpengalaman dan malang melintang di dunia tarik suara.
Mereka tidak peduli dengan cibiran orang lain yang menilainya
nekat mengikuti ajang ini. Mereka tidak mau ambil pusing dengan sindiran halus
orang lain yang mengatakan bahwa mereka coba-coba meraih sukses.
Setiap orang memiliki kelebihan dan kemampuan masing-masing.
Cuma terkadang dia merasa rendah diri dihadapan orang lain. Orang lain yang
dinilainya memiliki kemampuan lebih darinya.
Bila sudah rendah diri seperti ini, hampir dipastikan dia
tidak mau mengembangkan, melatih dan mengasah kemampuannya. Dia sudah mundur
terlebih dahulu, ketika ditawarkan untuk mengikuti lomba tentang kemampuan atau
bakat yang dimilikinya. Kalau mengikuti lomba saja sudah tidak mau, bagaimana
sikap optimis bisa muncul?
Apa kemampuan, kelebihan dan bakat teman-teman? Jangan kalah
dengan orang yang mempunyai kemampuan pas-pasan, tapi penuh semangat, percaya
diri dan optimis.
sumber image: alhaidarjr.blogspot.com
sumber image: alhaidarjr.blogspot.com