Laman

Rabu, 18 April 2018

Penulis Perlu Foto Yang Provokatif



Gedung Permata Kuningan kembali diramaikan para penulis dari Forum Lingkar Pena Jakarta (FLP) Jakarta. Seperti dua bulan yang lalu, kegiatan Blogger Anti Mager merupakan hasil kerjasama FLP Jakarta Proxsis Consulting dan masih berkait dengan blog. Tema kali ini tentang Fotografi.

Sudah menjadi rahasia umum, sebuah cerita, berita, tanpa foto dapat dikatakan Hoax. Begitu yang disampaikan mas Junwinanto sebagai pemateri tunggal. Sehingga tulisan yang berada di blog memerlukan adanya kehadiran foto. Apalagi jika tulisannya terkait dengan reportase atau liputan. Kita mengaku hadir dalam acara, tapi tidak memiliki fotonya. Ini akan menurunkan ‘kredibilitas’ sebuah tulisan reportase.

Tapi para pembaca tidak usah khawatir akan reportase yang sedang dibaca ini. Insya Allah saya punya berita, foto dan saksi-saksi hidup. Sehingga dengan yakin mengatakan bahwa saya hadir acara blogger yang diadakan pada tanggal 8 April 2018 kemarin.

Pembahasan dimulai dari bedanya antara istilah picture dan photograph. Picture merupakan yang merupakan hasil lukisan. Sedangan photograph adalah yang diambil dari kamera.  

Kenapa harus ada foto? Dengan foto, seseorang dapat menunjukkan bahwa dirinya hadir di dalam sebuah acara. Dari foto saja, seseorang dapat menceritakan berbagai kejadian dan peristiwa. Jadi, foto benar-benar sesuatu yang penting, baik dia sebagai penulis blogger maupun yang bukan blogger. Kadang dari foto, kita teringat sesuatu yang penting. Kadang pemicu munculnya sebuah ide.

Tapi permasalahannya menghasilkan foto bukan sekedar merekam ‘jejek’ aktivitas atau perjalanan semata. Perlu juga adanya foto yang berkualitas, yang menarik. Jika judul sebuah tulisan sudah eye catching dan foto yang menyertainya juga ‘provokatif’, tentu akan berdampak luar biasa.

Di dalam kelas blogger inilah, kami diajarkan beberapa tekhnis memotret. Ada yang dinamakan Frog Eyes, memotret dengan posisi tiarap; dari bawah. Jika mengambil obyek foto dari atas, ini dinamakan Bird Eyes. Serta ada beberapa tekhnis pemotretan lainnya. Seperti pemotretan dari posisi sejajar dengan obyek, tinggi sedikit dari obyek atau lebih rendah sedikit dari obyek.

Yang menarik adalah kami langsung praktek pemotretan. Karena tema pada hari itu adalah makanan berwarna warni. Saya mencoba mengambil beberapa makanan berwarna hijau, diletakkan di atas taplak berwarna hijau. Pemotretan terhadap obyek-obyek itu diambil dari beberapa posisi.

Hasilnya, saya tanyakan langsung kepada mas Jun. Alhamdulillah, sedikit ada pengarahan dari mas Jun terhadap hasil pemotretan.

nb: Mohon izin kepada pemilik foto di atas. Terima kasih

Selasa, 27 Februari 2018

Jempol Untuk Pemda Bekasi (repost)


JEMPOL UNTUK PEMDA BEKASI

Bila para pembaca memasuki jalan Jatiwaringin dan mengarahkan kendaraan ke Pasar Pondok Gede, maka akan bertemu pertigaan. Belok ke kanan, tak lama setelah itu akan bertemu kembali pertigaan. Para pembaca bisa berjalan lurus ke arah Lubang Buaya dan bisa pula berbelok ke kiri ke arah Kranggan.

Jalanan yang menuju ke Kranggan itu, biasanya hancur, tidak karuan. Banyak lubang dan berbatu-batu. Siapa saja yang pernah melewati ini, mungkin akan jera. Tidak mau lagi melewati jalanan ini.

Tapi ternyata, Sabtu kemarin, sudah berbeda keadaannya. Jalanan itu licin. Kalau ada lalat, mungkin dia akan terpeleset. Yang lebih mengejutkan lagi, kali ini diperbaiki dengan kualitas terbaik. Bukan sekedar di aspal saja. Kali ini diplester (kata orang) dengan system cakar ayam,

Diplester dengan cakar ayam, sebelum ditutup dengan semen atau aspal, diletakkan terlebih dahulu batang-batang besi. Konon katanya, system cakar ayam ini lebih kuat dari pengaspalan jalan dengan menggunakan aspal saja.

Saya yakin semua warga Bekasi, utamanya mereka yang biasa menggunakan akses jalan itu akan merasa senang. Hak sebagai warga untuk dapat menikmati jalanan yang layak telah terpenuhi.

Jempol untuk Pemda Bekasi. Tapi kalau itu dikerjakan oleh swadaya masyarakat, mungkin Pemda Bekasi masih layak mendapat jempol. Tapi posisi jempol mengarah ke bawah dan bukan ke atas.

Ada-ada Saja (repost)



ADA-ADA SAJA (INTERMEZZO)

Ada-ada saja. Ya memang ada-ada saja. Siang ini kantor akan kedatangan tamu. Termasuk tamu terhormat.  Karena tahu ada tamu yang akan datang, salah seorang teman langsung mengajukan usul ke bagian keuangan.

“Pak …beli makanan tuh. Khan ada tamu yang akan datang.”

Mendengar usulan ini, saya langsung menyambut usulan itu, “Ya Pak.  Apalagi nanti tamu itu datang bersama istri, anak dan mungkin mantunya.”

Usulan saya ini sebenarnya punya maksud-maksud tertentu. Tahu lah…apa itu.

Untuk memperkuat usulan itu, saya langsung  menyertakan dalil-dalil keutamaan menghormati tamu.

Tapi usulan itu ternyata tidak mendapat respon dari bagian keuangan. Saya kembali melontarkan dalil berikutnya.

“Khan, setelah Rasulullah menerima wahyu, beliau gemetaran seperti ketakutan. Apa yang dikatakan Khadijah untuk menenangkannya?”

“Khadijah mengatakan, “Wahai Muhammad! Engkau tidak perlu takut. Engkau orang baik. Engkau biasa menghormati tamu.”

Jadi menghormati tamu itu ajaran yang sudah dipraktekkan Rasulullah sejak lama.

Tapi tetap saja, usulan itu tidak digubris.

Yaaah, hilang deh harapan. Siang ini tidak ada makanan kecil. Tepatnya sisa makanan dari yang disediakan untuk tamu.

Hehehehehe