Empat abad lebih usiamu Jakarta. Kalau diumpamakan dengan orang,
mungkin teman-teman mainmu, teman sekolahmu sudah bersatu dengan tanah.
Tidak lagi bisa bicara, tidak bisa lagi bertanya.
Tapi
engkau masih bisa bicara. Masih bisa bertanya. Karena engkau layaknya
seorang jagoan. Engkau tidak ubahnya dengan Duncan Macleod si
Highlander. Duncan Macleod hidup hingga berabad-abad. Dia melewati
berbagai rentang sejarah. Berbagai peperangan dia ikuti. Mulai hidup di
zaman kuno hingga masa melenium.
Bermacam pertarungan dia
hadapi. Jika masih ingin bertahan hidup, dia harus memenggal lawannya
yang juga immortal. Tetapi tidak semua immortal menjadi musuhnya. Karena
ada saja immortal yang mau menjadi teman Duncan. Dengan temannya ini,
Duncan bertanya tentang berbagai hal terkait dengan masa lalu. Terkadang
dia juga bercerita berbagai hal yang diketahui dari masa lalu.
Engkaupun demikian. Hidup dari masa ke masa. Berbagai macam tawuran dan
keributan mewarnai dirimu. Dari harga krupuk yang masih recehan hingga
menjadi lebih mahal. Masa kelangkaan minyak tanah dulu engkau pernah
rasakan. Orang-orang mengantri untuk mendapatkannya. Hingga engkau
merasakan masa kelangkaan BBM dari sisi yang berbeda.
Engkau pun harus bertarung dengan wargamu sendiri. Engkau bawa banjir
sebagai peringatan bagi mereka yang masih buang sampah sembarangan.
Engkau tendang para pengusaha penebang liar dengan banjir yang menjadi
langganan. Pendek kata semua orang yang tidak mau merubah sikapnya akan
engkau serang dengan tendangan dan pukulan banjir, termasuk terhadap
pengambil keputusan yang memberi izin didirikannya bangunan di daerah
resapan air.
Tapi bila telinga mereka pekak, hati mereka
membatu, rasakan sendiri akibatnya. Sedangkan pada mereka yang mau
merubah sikap. Mau membuang sampah pada tempatnya. Menghentikan
penebangan liar dan mau membuka lahan-lahan baru sebagai daerah resapan
air serta menanam berbagai pepohonan. Pada mereka, engkau bisa bercerita
tentang masa lalu. Tentang kelebihan para gubernur di masa lalu. Engkau
bisa mengeluh pada mereka, “Mengapa hal baik yang dulu dilakukan para
gubernur tidak kembali dilaksanakan?”
Engkau bisa juga
meminta komitmen wargamu. Meminta mereka agar tidak mandi, mencuci
pakaian, bahan makanan dan peralatan makan serta buang air di bantaran
kali. Engkau bisa minta pada gubernur untuk membangun MCK-MCK baru.
Engkau bisa minta para hakim untuk menghukum para penebang liar dengan
denda yang besar. Sebagai ganti kerja pengrusakkan mereka selama ini.
Engkau bisa meyakinkan para hakim, “Bayangkan berapa banyak kerugian
yang timbul dari banjir akibat ulah penebang liar. Bukan hanya harta
yang hilang, nyawa pun melayang. Uang denda tidak seberapa bila
dibanding dengan kerugian selama ini.” Uang denda itu dapat digunakan
untuk berbagai kebutuhan, salah satunya pembangunan MCK. Atau kalau
memang memungkinkan, mengapa tidak tiap rumah saja dibangunkan kamar
mandi dan WC.
Engkau bisa berdiskusi dengan gubernur
Jakarta dan gubernur-gubernur lainnya. Engkau bisa sarankan kepada
gubernur-gubernur daerah lain untuk lebih banyak membuka lapangan
pekerjaan. Sehingga banyak warganya tidak perlu lagi terus berdatangan
ke ibu kota untuk mencari pekerjaan. Karena kalau semua warga daerah
berdatangan ke Jakarta, masalah macet sulit untuk diatasi. Engkau bisa
mengajukan argumen, “Coba saja bila di hari raya, bukankah kota Jakarta
lengang, bebas dari macet. Ini artinya banyak sekali warga daerah yang
datang ke Jakarta.”
Engkau perlu minta partisipasi warga
untuk mengatasi banjir, lingkungan hidup dan kemacetan. Engkau katakan
walau dirimu immortal, sudah berusia berabad-abad. Tapi bukan tidak
mungkin engkau tewas dalam pertarungan, sebagaimana Duncan Macleod dapat
tewas bila kepalanya dipenggal.