Laman

Minggu, 26 Oktober 2014

Jakarta Yang Immortal

 
 
Empat abad lebih usiamu Jakarta. Kalau diumpamakan dengan orang, mungkin teman-teman mainmu, teman sekolahmu sudah bersatu dengan tanah. Tidak lagi bisa bicara, tidak bisa lagi bertanya.
 
Tapi engkau masih bisa bicara. Masih bisa bertanya. Karena engkau layaknya seorang jagoan. Engkau tidak ubahnya dengan Duncan Macleod si Highlander. Duncan Macleod hidup hingga berabad-abad. Dia melewati berbagai rentang sejarah. Berbagai peperangan dia ikuti. Mulai hidup di zaman kuno hingga masa melenium.
 
Bermacam pertarungan dia hadapi. Jika masih ingin bertahan hidup, dia harus memenggal lawannya yang juga immortal. Tetapi tidak semua immortal menjadi musuhnya. Karena ada saja immortal yang mau menjadi teman Duncan. Dengan temannya ini, Duncan bertanya tentang berbagai hal terkait dengan masa lalu. Terkadang dia juga bercerita berbagai hal yang diketahui dari masa lalu.
 
Engkaupun demikian. Hidup dari masa ke masa. Berbagai macam tawuran dan keributan mewarnai dirimu. Dari harga krupuk yang masih recehan hingga menjadi lebih mahal. Masa kelangkaan minyak tanah dulu engkau pernah rasakan. Orang-orang mengantri untuk mendapatkannya. Hingga engkau merasakan masa kelangkaan BBM dari sisi yang berbeda.
 
Engkau pun harus bertarung dengan wargamu sendiri. Engkau bawa banjir sebagai peringatan bagi mereka yang masih buang sampah sembarangan. Engkau tendang para pengusaha penebang liar dengan banjir yang menjadi langganan. Pendek kata semua orang yang tidak mau merubah sikapnya akan engkau serang dengan tendangan dan pukulan banjir, termasuk terhadap pengambil keputusan yang memberi izin didirikannya bangunan di daerah resapan air.
 
Tapi bila telinga mereka pekak, hati mereka membatu, rasakan sendiri akibatnya. Sedangkan pada mereka yang mau merubah sikap. Mau membuang sampah pada tempatnya. Menghentikan penebangan liar dan mau membuka lahan-lahan baru sebagai daerah resapan air serta menanam berbagai pepohonan. Pada mereka, engkau bisa bercerita tentang masa lalu. Tentang kelebihan para gubernur di masa lalu. Engkau bisa mengeluh pada mereka, “Mengapa hal baik yang dulu dilakukan para gubernur tidak kembali dilaksanakan?”
 
Engkau bisa juga meminta komitmen wargamu. Meminta mereka agar tidak mandi, mencuci pakaian, bahan makanan dan peralatan makan serta buang air di bantaran kali. Engkau bisa minta pada gubernur untuk membangun MCK-MCK baru. Engkau bisa minta para hakim untuk menghukum para penebang liar dengan denda yang besar. Sebagai ganti kerja pengrusakkan mereka selama ini. Engkau bisa meyakinkan para hakim, “Bayangkan berapa banyak kerugian yang timbul dari banjir akibat ulah penebang liar. Bukan hanya harta yang hilang, nyawa pun melayang. Uang denda tidak seberapa bila dibanding dengan kerugian selama ini.” Uang denda itu dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan, salah satunya pembangunan MCK. Atau kalau memang memungkinkan, mengapa tidak tiap rumah saja dibangunkan kamar mandi dan WC.
 
Engkau bisa berdiskusi dengan gubernur Jakarta dan gubernur-gubernur lainnya. Engkau bisa sarankan kepada gubernur-gubernur daerah lain untuk lebih banyak membuka lapangan pekerjaan. Sehingga banyak warganya tidak perlu lagi terus berdatangan ke ibu kota  untuk mencari pekerjaan. Karena kalau semua warga daerah berdatangan ke Jakarta, masalah macet sulit untuk diatasi. Engkau bisa mengajukan argumen, “Coba saja bila di hari raya, bukankah kota Jakarta lengang, bebas dari macet. Ini artinya banyak sekali warga daerah yang datang ke Jakarta.”
 
Engkau perlu minta partisipasi warga untuk mengatasi banjir, lingkungan hidup dan kemacetan. Engkau katakan walau dirimu immortal, sudah berusia berabad-abad. Tapi bukan tidak mungkin engkau tewas dalam pertarungan, sebagaimana Duncan Macleod dapat tewas bila kepalanya dipenggal.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar