Bukan bermaksud
merendahkan orang lain. Karena merendahkan orang lain merupakan salah satu
perbuatan yang amat dibenci Allah swt. Bahkan menyebabkan kesengsaraan di
akhirat kelak.
Sekali lagi bukan
bermaksud merendahkan. Sebut saja pak X. Dia seringkali menjadi imam shalat 5
waktu di mushalla kami. Utamanya bila imam-imam ‘langganan’ tidak hadir. Bila
pak Ashri, pak Panca dan pak Saud tidak hadir, maka pak X lah yang menjadi
imam.
Dari sisi usia, pak
X memang layak menjadi imam shalat 5 waktu. Tapi dari segi bacaan, mohon
maaf....Sebab seringkali bacaan yang seharusnya dibaca panjang, malah dibaca
pendek. Huruf yang seharusnya tidak dibaca dengan pengucapan dobel alias
tasydid, malah dibaca tasydid. Belum lagi pengucapan lafal huruf-huruf
hijaiyyah yang tidak tepat, jauh dari semestinya.
Bukan tidak ada
jamaah yang mampu membaca bacaan shalat dengan bagus, setidaknya lebih bagus.
Ada. Tapi pak X tidak memberi kesempatan kepada mereka untuk menjadi imam. Ada
pak Andi, pak Nur, pak Shaleh dan mas Iwan.
Saya sering
bertanya-tanya, apakah shalat kami sah? Karena walaupun imam membaca surat
Al-Fatihah, namun bacaannya jauh dari yang semestinya.
Saya hanya berharap
kondisi yang ada di mushalla dekat rumah ini, tidak terjadi dalam susunan
kabinetnya presiden Jokowi.
Berharap tidak ada
orang yang sebenarnya dapat mengukur diri, namun memaksakan diri menerima
jabatan. Sebenarnya masih banyak yang lebih berkompeten, namun ada orang yang tidak
mau mengalah dan memberi kesempatan kepada yang lain.
Semoga..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar