Laman

Selasa, 20 Februari 2018

Masih Membutuhkan Omar Bakrie (rrepost)



MASIH MEMBUTUHKAN 'OMAR BAKRIE'

Omar Bakrie memang sosok khayali dalam lagu Iwan Fals. Membawa tas dari kulit buaya dan mengendarai sepeda kumbang. Walau gajinya hanya kecil, tapi loyalitasnya tetap tinggi. Meski murid-muridnya nakal, tapi dia tetap mengajar. Namun sesungguhnya itu adalah gambaran kondisi nyata yang ada di Indonesia.

Sikap tidak pernah menyerah, ikhlas dan penuh semangat pun membuahkan hasil. Tokoh-tokoh masyarakat, tokoh-tokoh pengukir sejarah merupakan buah tangan guru-guru seperti Omar Bakrie.

Banyak orang menjadi pandai, karena membaca. Jasa siapakah itu, kalau bukan jasa para guru? Mereka bisa membaca karena diajarkan oleh guru-guru. Dari mengeja per huruf, kata per kata, per kalimat hingga dapat tamat membaca satu buku.

Belum lagi ilmu-ilmu yang diperoleh dari berbagai buku berbahasa asing. Peran seorang guru tidak lah kecil. Penyematan gelar pahlawan tanpa tanda jasa sepertinya tepat.

Jasanya dikatakan tidak terbilang, inilah yang membuatnya menjadi pahlawan. Tapi tanpa tanda jasa sedikit pun. Jangankan tanda jasa, gaji saja kecil. Semakin menguatkan saja gelar pahlawan disematkan kepada para guru.

Menurut Data versi UNDP pada tahun 2000 saat ini, jumlah kemelekhurufan di Indonesia baru mencapai 65.5 %.  Artinya, lebih dari sepertiga penduduk dewasa di Indonesia buta huruf. Sekitar 77 % dari populasi buta huruf tersebut adalah orang dewasa berusia 45 tahun ke atas, sedangkan sisanya berusia antara 15 tahun dan 45 tahun.(Ragam dalam Suara Merdeka, senin 17 Juli, 2006).

Jumlah buta-huruf di Indonesia masih relatif tinggi, yaitu 9,7 juta orang, dan angka ini terlihat tidak berubah dari tahun ke tahun. (http://berdikarionline.com/kabar-rakyat/20100908/apa-kabar-program-pemberantasan-buta-huruf.html)

Tantangan dunia pendidikan tidak sampai di sana. Kita biasanya lebih sering menjadi konsumen tekhnologi dan bukan produsen tekhnologi. Setiap ada yang baru, langsung diserbu. Belum juga dikuasai produksi yang baru itu, datang lagi produksi tekhnologi yang terbaru. Kembali diserbu oleh masyarakat. Tekhnologi Computer dan HP contohnya.

Padahal kalau saja kita dapat menjadi produsen atau penemu tekhnologi baru, mungkin akan menjadi pendapatan baru bagi negara. Coba ada yang menemukan obat untuk penyakit AIDS, tentu banyak sekali negara yang akan memesannya. Akan banyak pihak yang bergantung kepada kita.

Sebenarnya orang-orang kita tidak bodoh. Banyak orang yang ‘melek’ tekhnologi. Cuma mungkin penghargaan terhadap mereka yang kurang.

Banyak orang yang ingin menjadi ‘Omar Bakrie”, tapi bagaimana nasib pendapatan untuk para guru, apakah masih sama dengan gaji di tahun 1981 (ketika lagu Omar Bakrie keluar)?

sumber image:youtube.com 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar