MASIH
MEMBUTUHKAN 'OMAR BAKRIE'
Omar Bakrie memang sosok khayali dalam lagu Iwan Fals. Membawa tas dari kulit
buaya dan mengendarai sepeda kumbang. Walau gajinya hanya kecil, tapi
loyalitasnya tetap tinggi. Meski murid-muridnya nakal, tapi dia tetap mengajar.
Namun sesungguhnya itu adalah gambaran kondisi nyata yang ada di Indonesia.
Sikap tidak pernah menyerah, ikhlas dan penuh semangat pun membuahkan hasil.
Tokoh-tokoh masyarakat, tokoh-tokoh pengukir sejarah merupakan buah tangan
guru-guru seperti Omar Bakrie.
Banyak orang menjadi pandai, karena membaca. Jasa siapakah itu, kalau bukan
jasa para guru? Mereka bisa membaca karena diajarkan oleh guru-guru. Dari
mengeja per huruf, kata per kata, per kalimat hingga dapat tamat membaca satu
buku.
Belum lagi ilmu-ilmu yang diperoleh dari berbagai buku berbahasa asing. Peran
seorang guru tidak lah kecil. Penyematan gelar pahlawan tanpa tanda jasa
sepertinya tepat.
Jasanya dikatakan tidak terbilang, inilah yang membuatnya menjadi pahlawan.
Tapi tanpa tanda jasa sedikit pun. Jangankan tanda jasa, gaji saja kecil.
Semakin menguatkan saja gelar pahlawan disematkan kepada para guru.
Menurut Data versi UNDP pada tahun 2000 saat ini, jumlah kemelekhurufan di
Indonesia baru mencapai 65.5 %. Artinya, lebih dari sepertiga penduduk
dewasa di Indonesia buta huruf. Sekitar 77 % dari populasi buta huruf tersebut
adalah orang dewasa berusia 45 tahun ke atas, sedangkan sisanya berusia antara
15 tahun dan 45 tahun.(Ragam dalam Suara Merdeka, senin 17 Juli,
2006).
Jumlah buta-huruf di Indonesia masih relatif tinggi, yaitu 9,7 juta orang, dan
angka ini terlihat tidak berubah dari tahun ke tahun. (http://berdikarionline.com/kabar-rakyat/20100908/apa-kabar-program-pemberantasan-buta-huruf.html)
Tantangan dunia pendidikan tidak sampai di sana. Kita biasanya lebih sering
menjadi konsumen tekhnologi dan bukan produsen tekhnologi. Setiap ada yang
baru, langsung diserbu. Belum juga dikuasai produksi yang baru itu, datang lagi
produksi tekhnologi yang terbaru. Kembali diserbu oleh masyarakat. Tekhnologi
Computer dan HP contohnya.
Padahal kalau saja kita dapat menjadi produsen atau penemu tekhnologi baru,
mungkin akan menjadi pendapatan baru bagi negara. Coba ada yang menemukan obat
untuk penyakit AIDS, tentu banyak sekali negara yang akan memesannya. Akan
banyak pihak yang bergantung kepada kita.
Sebenarnya orang-orang kita tidak bodoh. Banyak orang yang ‘melek’ tekhnologi.
Cuma mungkin penghargaan terhadap mereka yang kurang.
Banyak orang yang ingin menjadi ‘Omar Bakrie”, tapi bagaimana nasib pendapatan
untuk para guru, apakah masih sama dengan gaji di tahun 1981 (ketika lagu Omar
Bakrie keluar)?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar