Laman

Minggu, 17 April 2016

Pentingnya Peraturan

Pentingnya Peraturan
30 Juni 2014 pukul 16:40
Bagi teman-teman yang pernah makan di restoran Jepang, mungkin tahu dengan ALL YOU CAN EAT. Silahkan makan sepuasnya dengan biaya yang relatif murah. Silahkan pilih makanan sebanyak-banyaknya, sepuas-puasnya, namun harus habis. Jika tidak habis, maka sisa makanan yang ada, akan dihitung.

Misalnya di salah satu restoran Jepang, kita dapat makan sepuasnya, dengan beraneka makanan hanya dengan membayar Rp 50.000. Namun jika tidak habis, maka setiap per-satu makanan/perjenis makanan dihitung Rp 10.000.

Saya pernah membaca pengalaman orang yang makan di restoran Jepang dengan ketentuan ALL YOU CAN EAT. Mereka berdua makan sampai kekenyangan dan bersisa 4 potong makanan. Karena tidak ingin terkena ‘denda’, maka mereka menghabiskan sisa makanan. Walhasil mereka merasa kenyang ‘banget’. “Daripada terkena denda Rp 40.000.” Begitu ucap mereka.

Dalam salah satu acara Talk Show di sebuah televisi swasta, terdapat peraturan. Barangsiapa mencela, menghina seseorang atau menjelekkan seseorang, maka akan dikenakan denda sebesar Rp 5000.

Denda sebesar itu memang kecil. Tapi jika orang itu terbiasa ‘menghina’, maka dia akan banyak pula mengeluarkan Rp 5000 per-hinaan. Tinggalkan kalikan saja.

Suatu fenomena yang baik. Untuk mencegah orang menjadi rakus dan mencegah orang berbuat mubadzir, dikenakan denda. Untuk mencegah membicarakan aib orang lain atau menghinanya, meledeknya dengan ledekan yang buruk, maka dia juga terkena denda.

Ternyata denda seperti ini cukup ampuh. Seseorang yang tidak menghabiskan makanan yang tersisa, (karena denda) terpaksa menghabiskannya.

Bagi seorang seleb yang hadir dalam Talk Show itu, mungkin mengeluarkan Rp 500.000, karena melakukan 100 kali hinaan atau ledekan, nominal itu tidak berarti. Coba jika hal ini diterapkan pada orang awam. Tentu Rp 500.000 merupakan jumlah yang tidak sedikit dan itu dikeluarkan perhari. 

Pentingnya ada peraturan
Peraturan atau ketentuan rumah makan Jepang itu, mungkin tidak bermaksud untuk mencegah orang menjadi rakus atau mencegah orang berbuat mubazir. Mungkin. Tapi jika diartikan untuk mencegah orang menjadi rakus atau mencegah berbuat mubadzir, maka peraturan dan ketentuan itu telah berhasil.

Sebab jika pada hari pertama makan di rumah makan Jepang All You Can Eat dan tidak habis, maka orang itu akan terkena denda. Dia tidak menghabiskan makanannya karena merasa sudah kenyang. Pengalaman ini menyadarkan dirinya bahwa dia tidak boleh rakus.

Pengalaman ini juga menyadarkannya bahwa dia tidak boleh berbuat mubadzir. Karena tidak menghabiskan makanan, akan terkena denda.

Sehingga pada hari berikutnya, walau dipersilahkan sepuasnya, dia akan memesan makanan sesuai dengan takaran perutnya.

Sekali lagi ini bukti pentingnya ada peraturan. Karena ada peraturan di atas, rakus dan berbuat mubadzir dapat dicegah.

‘Denda’ yang diterapkan dalam salah satu acara Talk Show itu, mungkin dimaksudkan untuk candaan semata. Jika bintang tamunya yang tak lain adalah para selebritis dikenakan ‘denda’ untuk sekali ucapan ‘celaan’, ‘menghina’ atau membicarakan aib orang lain, maka itu dianggap sebagai candaan semata. Karena nominal ‘denda’ yang dikenakan tidak bernilai besar.

Tapi coba, jika nilai nominal ‘denda’ yang dikenakan itu bernilai besar, mungkin para seleb akan jera hadir di acara itu.

Atau coba jika ‘denda’ itu diberlakukan diantara teman-teman dekat, mungkin diantara kita akan berhati-hati dalam berucap.

Ini juga menunjukkan bahwa adanya peraturan itu penting. Karena dengan adanya ‘denda’, orang akan jera untuk mencela, menghina atau membicarakan aib orang lain.


Oleh karenanya paham liberalisme tidak manusiawi, karena akan menimbulkan kerusakan. Menurut liberalisme, orang bebas berbuat apa saja, bebas berkata apa saja. Karena menurut mereka itu merupakan Hak Asasi Manusia (HAM). Bayangkan jika di dunia ini tidak ada peraturan dan orang diberi kebebasan sebebas-bebasnya dalam berbuat dan berkata?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar