Ahad ini, 29 Maret 2015 menjadi tanggal istimewa. Utamanya untuk angkatan
19 FLP Jakarta. Di tanggal inilah prtemua perdana dwi mingguan dilaksanakan.
Para peserta mendengarkan denan seksama semua penjelasan Aa Mumun
(panggilan akrab mas Ahmad Lamuna) sebagai pembicara untuk materi Wawasan
Keislaman
Sebagai komunitas ada 3 hal yang menjadi fokus Forum Lingkar Pena (FLP).
Yaitu, organisasi, kepenulisan dan keislaman. Fokus yang ketiga inilah yang
membedakan FLP dengan komunitas menulis lainnya.
Sebagai komunitas menulis yang berbasiskan Islam, FLP amat memperhatikan
aspek dakwah Islam.
Aa Mumun ‘mengumpan’ kepada peserta, “Apa sih sebenarnya dimaksud dengan
dakwah?”
Berbagai pendapatpun terlontar dari para peserta. Dakwah menurut bahasa
adalah mengajak atau menyeru. Yang lain mengatakan dakwah adalah cinta.
Berbagai hal bisa diangkat menjadi tema dakwah. Bagaimana kondisi aqidah
kaum muslimin? Kembali Aa Mumun melemparkan pertanyaan ke peserta?
Ismul salah seorang peserta menjelaskan tentang penyimpangan aqidah kaum
muslimin saat ini. misalnya ada orang-orang tertentu yang percaya bahwa cincin
dapat mendatangkan manfaat dan mudharat. Gunakan cincin silahkan, tapi jangan
sampai merusak aqidah.
Pendidikan juga dapat menjadi tema dakwah. Ana salah seorang peserta
menjelaskan bahwa kondisi orang tua yang kedua-duanya bekerja. Sementara si
anak dititipkan ke pembantu merupakan tema yang dapat diangkat menjadi tema
dakwah.
Anak-anak yang sudah dapat mengakses situs-situs dewasa di rumah, di saat
orang tuanya ada di rumah merupakan masalah pendidikan lainnya, yang perlu
menjadi perhatian kita, kembali Ismul angkat bicara.
Apa saja bisa menjadi tema dakwah. Fakta yang di lapangan dikaitkan dengan
kondisi ideal menurut Islam, bisa menjadi satu tulisan ‘bernada’ dakwah.
Bapak-bapak yang bermain bola di saat 17 Agustusan dengan mengenakan rok
dapat menjadi suatu lisan Islami. Karena dalam tulisan itu dibahas bahwa Allah
melaknat pria yang menyerupai wanita.
Tapi jangan salah paham dulu! Tulisan Islam tidak berarti tulisan yang
penuh dengan dalil-dalil Al-quran dan hadits. Tuisan dapat dishare walau
tanpa dalil Alquran dan hadits. Yang penting isinya menyuarakan kebenaran,
menyuarakan Islam.
Tulisan tentang larangan membuang sampah sembarangan dan bahaya narkoba
dapat digolongkan tulisan Islami.
Keuntungan berdakwah lewat media tulisan diantaranya pembaca tidak merasa
digurui.
Hal lain yang perlu diperhatikan seorang penulis yang berdakwah diantaranya
adalah iman, ilmu dan amal.
Seorang da’i yang menuliskan dan menyampaikan Islam, harus terlebih dahulu
beriman dan yakin terhadap Islam. bagaimana dapat menyampaikan Islam, kalo dia
sendiri tidak yakin pada Islam?
Sebagai perbandingan, Aa Mumun menjelaskan tentang para penjual produk MLM
(Multy Level Marketing). Mereka harus mencoba terlebih dahulu produk yang akan
dijual. Bagaimana efek pada dirinya. Jika sudah mencoba, baru mereka mengajak
orang lain untuk mencoba produk yang dijualnya itu.
Untuk menyampaikan dakwah, kita perlu mempunyai ilmu. Oleh karenanya harus
banyak membaca. Kalo mau jadi penulis, harus membaca. Kalo ga mau membaca, ga
usah jadi penulis. Jelas Aa Mumun.
Tapi bukankah kita dapat menulis berdasarkan pengaman pribadi saja? Salah
seorang peserta bertanya.
“Ya, tetap saja penulis yang hanya menuliskan berdasarkan pengalaman saja
akan berbeda dengan penulis yang menuliskannya disertai ilmu atau pengetahuan
yang terkait dengan pengalamannya itu.
Acara berjalan komunikatif dan ditutup dengan sesi tanya jawab.
Penyampaikan Aa Mumun berakhir pada pukul 11.30.
Acara kultum menyusul itu dan disampaikan oleh ust. Sayuda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar