Laman

Minggu, 17 April 2016

Bersaing Yuk!



Ajang lomba adu kebolehan dan keahlian, mewarnai layar kaca kita. Semua peserta bersaing untuk menjadi penyanyi yang diidolakan di tanah air. Setiap mereka berebut untuk menempati posisi chef terfavorit pilihan pemirsa. Mereka saling tak mau kalah untuk menjadi grup lawak paling banyak mendapat dukungan SMS dari para penggemarnya.

Berusaha untuk menjadi yang terbaik, itu merupakan suatu hal yang manusiawi. Ingin dikagumi, dipuji dan dibanggakan oleh siapa pun, juga suatu yang manusiawi. Karena hal itu merupakan salah satu naluri atau pembawaan manusia.

Jadi dikondisikan (seperti dalam ajang lomba) atau tidak dikondisikan, setiap manusia ingin menjadi yang terbaik. Benarkah itu? Apakah ada dalam diri teman-teman sekalian untuk menjadi yang terbaik? Atau biasa-biasa saja?

Kalau memang biasa-biasa saja, tidak ada keinginan untuk menjadi yang terbaik, itu perlu diwaspadai. Karena jika tidak ada keinginan seperti itu, memperoleh kemajuan merupakan sesuatu yang hampir mustahil.

Cobalah tengok pada teman-teman sepermainan dulu. Lihatlah orang-orang sekitar. Pilihlah yang terbaik diantara mereka. Jadikan yang terbaik menjadi pemicu. Insya Allah, hidup menjadi lebih bersemangat.

Dulu sewaktu SLTP, pernah punya teman yang bernama Yulia. Dia satu-satunya teman SD yang se-SLTP dengan saya. Dia anak terpandai di kelas, hampir seluruh pelajaran dikuasainya. Kondisi ini memicu diri untuk dapat bersaing dengannya. Alhamdulillah, akhirnya jika ada guru yang bertanya ke murid-murid, saya atau dia yang tunjuk tangan.

Umar bin Khaththab adalah sosok sahabat Rasulullah yang semangat dalam beribadah, melakukan amal shalih dan bersedekah. Umar selalu ingin bersaing dengan Abu Bakar dalam kebaikan. Oleh karenanya dia melakukan sesuatu yang terbaik. Umar menyedekahkan separuh harta miliknya. Akan tetapi ternyata, Abu Bakar menyedekahkan seluruh hartanya, tanpa tersisa sedikit pun.

Berbagai amal shalih Umar lakukan untuk bersaing dengan Abu Bakar. Namun Umar tidak dapat menyamai Abu Bakar, hingga dia berucap, “Saya tidak dapat menyaingi Abu Bakar.”

Jika tidak dapat ‘mengalahkan’, mungkin kita dapat menyamai seseorang dalam kebaikan.

Pada suatu hari, Rasulullah saw bersama para sahabat duduk di masjid. Tiba-tiba, Rasulullah bersabda, “Sebentar lagi, ada seorang pria yang masuk ke dalam masjid ini dan dia adalah calon penghuni surga.”

Tak lama kemudian, seorang pria masuk ke dalam masjid. Keesokkan harinya, Rasulullah kembali berucap hal yang sama. Pria yang masuk ke dalam masjid pada saat itu, sama dengan yang kemarin. Pada hari ketiga, Rasulullah mengucapkan hal yang sama, dengan pria yang sama.

Hal ini menggelitik rasa ingin tahu Abdullah bin Umar. Abdullah mengikuti pria itu hingga sampai di rumahnya. Karena belum menemukan hal istimewa dari pria itu, maka Abdullah meminta izin pada pria itu untuk menginap di rumahnya.

Abdullah bin Umar ingin tahu, amal apa sebenarnya yang menyebabkan pria itu dikatakan Rasulullah sebagai calon penghuni surga. Semua amal shalih pria itu diperhatikannya. Semuanya biasa-biasa saja, termasuk amalan shalat sunnahnya.

Setelah tiga hari, Abdullah tidak menemukan hal istimewa itu. Dia pun pamit pada pria tadi. Sebelum pamit, Abdullah menceritakan sabda Rasulullah yang mengatakan bahwa pria yang dihadapannya itu adalah calon penghuni surga. Dia pun bertanya, “Apa yang menyebabkan hal itu. Padahal saya perhatikan selama 3 hari ini, tidak ada amal istimewa.”

Pria itu menjawab, “Saya selalu berprasangka baik. Saya tidak berprasangka buruk pada tuan, ketika tuan minta izin ingin menginap di rumah saya.”

Abdullah bin Umar mungkin tidak ingin ‘mengalahkan’ pria tadi. Dia hanya ingin menyamai, meniru kebaikan pria tadi.

Allah swt berfirman, "Bersegerahlah mencapai ampunan dari Rabb kalian."

Bersaing yuk!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar