Kisah
berikut ini saya peroleh dari seorang ustadz. Ada seorang pengusaha sukses di
Timur Tengah, dia divonis bahwa keberhasilan operasinya hanya fifty-fifty. Bila
operasinya berhasil, dia sehat. Jika tidak, dia akan menjadi almarhum. Pria ini
memang menderita penyakit lever.
Beberapa
hari menjelang operasi, dia pergi dengan mobil mewahnya. Dengan ditemani
seorang supir, mobilnya berhenti di muka sebuah rumah makan. Pengusaha itu
hanya duduk di dalam mobilnya. Dalam kondisi yang penuh kepayahan, menahan
beratnya penyakit, matanya melihat kondisi di sekeliling rumah makan.
Pandangannya
terhenti pada sebuah pemandangan yang membuat matanya tidak dapat berpindah.
Dia melihat seorang wanita tua sedang mengais-ngais di tempat sampah. Wanita
tua itu mengambil sebongkah tulang yang masih ada di atasnya serpihan-serpihan
daging. Serpihan-serpihan daging yang masih menempel itu, dilepas satu persatu
dari tulang. Tulang yang sudah tidak berdaging itu dibuang kembali ke tempat
sampah.
Suatu
pemandangan yang menyayat hati si pengusaha itu. Dia dapat dengan mudah makan
daging kapan saja, sementara wanita tua itu harus dengan susah payah untuk
memperoleh daging yang hanya dalam bentuk serpihan-serpihan.
Pemandangan
yang menyayat hati ini, mendorong si pengusaha membuka pintu mobilnya. Berjalan
dengan tertatih-tatih kepayahan. Dia pergi menemui pemilik rumah makan. Dia
mengajak pemilik restoran menemui wanita tua yang sedang mengais sampah.
Pengusaha
itu berkata, “Pak, tolong ibu ini setiap seminggu sekali selama setahun
diberikan daging. Nanti saya yang bayar.”
Pemilik
restoran, “Baik, tuan.”
Wanita
tua yang mendengarkan percakapan ini terkejut. Usai mengucapkan terima kasih,
dia melantunkan doa-doa yang teramat panjang, salah satu doanya adalah, “Semoga
tuan diberi kesehatan oleh Allah swt..”
Pengusaha
itu pun berjalan kembali ke mobilnya. Dia merasa heran, kalau tadi dia berjalan
tertatih-tatih, kini dia berjalan dengan gagahnya kembali ke mobil.
Ketika
hari operasi tiba, dokter pun memeriksa kondisi kesehatan pengusaha itu
terlebih dahulu. Dokter terkejut, kondisi kesehatan si pengusaha sudah kembali
pulih.
Allah
memberikan kesembuhan kepada si pengusaha lewat doa ibu tua itu. Ini
membuktikan bahwa kita membutuhkan orang lain. Kita butuh berbuat baik kepada
orang lain.
Sebab,
bila kita berbuat baik kepada orang lain akan berpulang kepada diri kita
sendiri.
Banyak
hadits yang menjelaskan hal ini.
Dari Abu
Hurairah ra berkata, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa
menghilangkan kesulitan seorang mu'min di dunia, maka Allah akan melepaskan
kesulitannya pada hari kiamat. Barangsiapa memudahkan orang yang tengah dilanda
kesulitan, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Barangsiapa
menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan
akhirat. Dan Allah akan menolong hamba-Nya selama hamba itu menolong
saudaranya.”(HR. Muslim)
Hadits di
atas menjelaskan bahwa berbuat baik (menolong atau menutup aib) orang lain
berpulang kepada diri sendiri. Baik dalam bentuk dihilangkannya kesulitan di
hari kiamat maupun kemudahan di dunia dan akhirat atau ditutupinya aib di dunia
dan akhirat.
Dalam
hadits yang lain,
“Tidak
ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim)
tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga
kebaikan yang sama.” (HR. Muslim no. 4912)
Hadits di
atas menjelaskan bahwa bila kita berbuat baik (mendoakan) sesama muslim akan
berdampak malaikat mendoakan kita doa yang sama.
Bagaimana
dengan doa berikut ini, “Ya Allah ampunilah dosa kaum muslimin, muslimat,
mu’minin dan mu’minat, baik yang masih hidup maupun yang telah tiada, di setiap
tempat dan di setiap zaman. Wahai Allah Yang Maha Pemurah.”
Coba
bayangkan berapa banyak malaikat yang mendoakan kita, bila kita memanjatkan doa
di atas. Kita mendoakan seluruh kaum muslimin, muslimat, mukminin dan mukminat.
Bukan hanya yang masih hidup, tapi juga yang telah tiada. Bukan hanya di masa
lalu, sekarang, tapi di masa yang akan datang.
Mungkin
teman-teman pernah membaca kisah seseorang yang setiap tahunnya dapat
menunaikan haji. Mengapa bisa begitu? Bagaimana caranya? Apakah dia orang kaya?
Apakah dia pembimbing haji?
Orang ini
dapat menunaikan haji setiap tahun, karena Allah mengabulkan doa seorang nenek
yang sangat berterima kasih padanya. Karena dia memohon kepada salah seorang
penumpang untuk berbuat baik dengan memberikan tempat duduk untuk nenek itu.
Tapi permohonannya ini ditolak. Dia kembali berusaha hingga tiga kali.
Permohonan yang ketiga kali inilah, penumpang itu baru mau memberikan tempat
duduknya kepada nenek itu.
Nenek itu
amat berterima kasih dan langsung melantunkan doa-doa kepada orang yang telah
berjasa itu. Salah satu doanya agar orang yang berjasa itu dapat menunaikan
ibadah haji.
Saya
mendengar cerita seorang ibu-ibu. Dia baru saja memberikan infak, sekaligus membayar
parkiran. Ketika melihat pemberian ibu-ibu itu, tukang parkir terkejut.
Biasanya dia menerima Rp 2000, dia meneriman uang sebesar Rp 10.000. Dia pun
melantunkan doa-doa kepada ibu-ibu itu.
Oleh
karenanya kita butuh orang lain. Butuh orang lain yang perlu dibantu. Butuh
orang lain yang mengharapkan doa kita. Kaum muslimin, muslimat, mukminin dan
mukminat yang telah tiada, membutuhkan doa-doa kita. Karena mereka tidak lagi
dapat berdoa.
Bila kita
berbuat baik kepada orang lain, insya Allah semuanya berpulang kepada kita
sendiri. Jika dipikir-pikir, perbuatan baik di atas, cukup sederhana.
Mari kita
berbuat baik pada orang lain!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar