Tadi pagi, satu plastik sampah dibuang.
Tiga plastik baju bekas tidak layak pakai lagi (banget) juga berstatus sampah,
turut dibuang. Semuanya dimasukkan ke dalam bak sampah.
Entah setengah jam atau satu jam
kemudian, saya melewati bak sampah itu. Di sana nampak seorang pemulung sedang
duduk di pinggiran bak sampah. Dia sedang mengorek-ngorek salah satu plastik
sampah. Memilih dan memilah-milah mana yang masih layak, mana yang dapat
dijual. Semua yang dipilih dimasukkan ke dalam karung yang telah
dipersiapkannya.
Pemulung itu luar biasa. Dia begitu jeli
‘melihat’, begitu pandai menilai dan menimbang-nimbang serta berani mengambil
keputusan.
Kepandaian seperti itu, memang tidak
dimiliki oleh semua orang. Hanya orang-orang tertentu saja yang dapat
melakukannya. Yaitu orang-orang yang mau memperhatikan, merenung,
menimbang-nimbang, menilai dan mengambil kesimpulan.
Banyak hal yang ada di sekeliling. Namun
entah berapa orang yang mau sedikit bersusah payah untuk memperhatikan dan
merenungkannya.
Padahal berpikir dan merenung merupakan
salah satu bentuk ibadah yang patut untuk digalakkan.
Dalam buku Islam Bangkitlah, dijelaskan
bahwa sahabat Rasulullah saw yang bernama Abu Darda’ merupakan salah seorang
sahabat yang gemar sekali bertafakkur.
Ummu Darda’ pernah ditanya orang tentang
amal ibadah yang sangat disukai Abu Darda’, maka dia menjawab, “Tafakur dan
mengambil pelajaran.”
Banyak ayat Al-Qur’an yang menginspirasi
Abu Darda’ untuk merenung dan mengambil pelajaran, salah satunya adalah ayat
berikut ini, “
Dialah yang mengeluarkan orang-orang
kafir di antara ahli kitab dari kampung-kampung mereka pada saat pengusiran
yang pertama. Kalian tidak menyangka, bahwa mereka akan keluar dan merekapun
yakin, bahwa benteng-benteng mereka dapat mempertahankan mereka dari (siksa)
Allah; maka Allah mendatangkan kepada mereka (hukuman) dari arah yang tidak
mereka sangka-sangka. Dan Allah melemparkan ketakutan dalam hati mereka; mereka
memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan
orang-orang mukmin. Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai
orang-orang yang mempunyai wawasan. (QS Al-Hasyr Ayat: 2)
Abu Darda’ kerap mendorong
sahabat-sahabatnya untuk merenung dan berpikir, dengan mengatakan kepada
mereka, “Berpikir satu jam itu lebih baik daripada beribadah satu malam.”
Yuk mari kita coba merenung sebentar.
Ustadz Harun Yahya pernah mengajak kita untuk merenung tentang warna-warni yang
ada di sekeliling kita. Dia berkata, “Coba bayangkan andai saja di dunia ini,
hanya ada warna hitam dan putih. Bagaimana rasanya?”
Satu lagi yang patut kita renungi
bersama. Jika dipikir-pikir, hampir semua yang direncanakan, dirancang, ide
yang masih ada di kepala, dieksekusi atau dikerjakan oleh tangan. Hampir
semuanya.
Petani yang ingin tanah dan tanamannya
subur, dia menaburkan rabuk dengan tangannya. Dia memberi pupuk dan menyirami
tanaman dengan tangannya.
Pemburu misalnya. Jauh-jauh hari, dia
sudah berencana akan berburu rusa di hari Minggu. Begitu hari itu tiba, dia
melepaskan anak panah, menembakkan peluru dengan tangannya.
Menyuci baju, menyetrika, memasak,
mengepel, naik motor, naik mobil, berbagai aktivitas service, menyuap makanan,
minum dan lain sebagainya, semuanya dilakukan dengan tangan.
Hanya berjalan, berlari dan bermain bola
yang dilakukan dengan kaki.
Kira-kira bagaimana ya, kalau kita
–na’udzubillah min dzalik- bila tidak mempunyai tangan. Bagaimana kita
melakukan semua aktivitas sehari-hari kita?
Merenung Yuk!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar