Laman

Minggu, 17 April 2016

Merenung Yuk!



Tadi pagi, satu plastik sampah dibuang. Tiga plastik baju bekas tidak layak pakai lagi (banget) juga berstatus sampah, turut dibuang. Semuanya dimasukkan ke dalam bak sampah.

Entah setengah jam atau satu jam kemudian, saya melewati bak sampah itu. Di sana nampak seorang pemulung sedang duduk di pinggiran bak sampah. Dia sedang mengorek-ngorek salah satu plastik sampah. Memilih dan memilah-milah mana yang masih layak, mana yang dapat dijual. Semua yang dipilih dimasukkan ke dalam karung yang telah dipersiapkannya.

Pemulung itu luar biasa. Dia begitu jeli ‘melihat’, begitu pandai menilai dan menimbang-nimbang serta berani mengambil keputusan.

Kepandaian seperti itu, memang tidak dimiliki oleh semua orang. Hanya orang-orang tertentu saja yang dapat melakukannya. Yaitu orang-orang yang mau memperhatikan, merenung, menimbang-nimbang, menilai dan mengambil kesimpulan.

Banyak hal yang ada di sekeliling. Namun entah berapa orang yang mau sedikit bersusah payah untuk memperhatikan dan merenungkannya.

Padahal berpikir dan merenung merupakan salah satu bentuk ibadah yang patut untuk digalakkan.

Dalam buku Islam Bangkitlah, dijelaskan bahwa sahabat Rasulullah saw yang bernama Abu Darda’ merupakan salah seorang sahabat yang gemar sekali bertafakkur.

Ummu Darda’ pernah ditanya orang tentang amal ibadah yang sangat disukai Abu Darda’, maka dia menjawab, “Tafakur dan mengambil pelajaran.”

Banyak ayat Al-Qur’an yang menginspirasi Abu Darda’ untuk merenung dan mengambil pelajaran, salah satunya adalah ayat berikut ini, “

Dialah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara ahli kitab dari kampung-kampung mereka pada saat pengusiran yang pertama. Kalian tidak menyangka, bahwa mereka akan keluar dan merekapun yakin, bahwa benteng-benteng mereka dapat mempertahankan mereka dari (siksa) Allah; maka Allah mendatangkan kepada mereka (hukuman) dari arah yang tidak mereka sangka-sangka. Dan Allah melemparkan ketakutan dalam hati mereka; mereka memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang mukmin. Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai wawasan.  (QS Al-Hasyr Ayat: 2)

Abu Darda’ kerap mendorong sahabat-sahabatnya untuk merenung dan berpikir, dengan mengatakan kepada mereka, “Berpikir satu jam itu lebih baik daripada beribadah satu malam.”

Yuk mari kita coba merenung sebentar. Ustadz Harun Yahya pernah mengajak kita untuk merenung tentang warna-warni yang ada di sekeliling kita. Dia berkata, “Coba bayangkan andai saja di dunia ini, hanya ada warna hitam dan putih. Bagaimana rasanya?”

Satu lagi yang patut kita renungi bersama. Jika dipikir-pikir, hampir semua yang direncanakan, dirancang, ide yang masih ada di kepala, dieksekusi atau dikerjakan oleh tangan. Hampir semuanya.

Petani yang ingin tanah dan tanamannya subur, dia menaburkan rabuk dengan tangannya. Dia memberi pupuk dan menyirami tanaman dengan tangannya.

Pemburu misalnya. Jauh-jauh hari, dia sudah berencana akan berburu rusa di hari Minggu. Begitu hari itu tiba, dia melepaskan anak panah, menembakkan peluru dengan tangannya.

Menyuci baju, menyetrika, memasak, mengepel, naik motor, naik mobil, berbagai aktivitas service, menyuap makanan, minum dan lain sebagainya, semuanya dilakukan dengan tangan.

Hanya berjalan, berlari dan bermain bola yang dilakukan dengan kaki.

Kira-kira bagaimana ya, kalau kita –na’udzubillah min dzalik- bila tidak mempunyai tangan. Bagaimana kita melakukan semua aktivitas sehari-hari kita?

Merenung Yuk!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar