“Bedug....bedug...”
Begitu teriakanyang keluar dari saya atau adik ketika kumandang adzan Maghrib terdengar.
Kami berlarimelewati kebun milik ibu, teras, ruang tamu, teruuus ke belakang dan sampai diruang makan.
Es sirup langsungditenggak. Disusul kolak atau makanan sejenisnya. Begitulah kondisi di masakecil di bulan Ramadhan.
Saya
yakin,demikian pula kondisi anak-anak kecil lainnya ketika terdengar
adzan Maghrib.Seharian berpuasa, begitu memayahkan bagi mereka. Adzan
Maghrib bagi merekabagai kucuran air ketika terik matahari di padang
pasir menimpa mereka.
Bagi orang dewasa,kumandang adzan
Maghrib di bulan Ramadhan, juga disambut suka cita. Benar apayang
Rasulullah saw sabdakan, “Kebahagian bagi orang berpuasa terdapat
dua.Pertama ketika bertemu dengan Allah kelak. Kedua ketika berbuka
puasa.”
Orang dewasa puntidak bedanya dengan anak kecil.
Membatalkan puasa dengan kurma, seteguk airdan makan makanan yang
‘sebangsa’ dengan kolak.
Begitu seterusnyaselama Ramadhan sebulan penuh. Makan sahur dan berbuka menjadi sesuatu yangrutin.
Mungkin
dibulan-bulan lain, untuk sebagian orang kerutinan sarapan, makan siang
ataumakan malam tidak ada. Karena kesibukan urusan kantor, makan siang
terlewati.Karena sibuk belajar, makan siang juga terlewati. Ada seorang
penulis pernahbercerita bahwa masa kecilnya sibuk dengan membaca. Jika
sudah membaca sampailupa makan.
Tidak bisa sarapan,karena takut terlambat masuk sekolah atau kantor, terkadang juga terjadi padasebagian orang.
Padahal
perut jugamempunyai hak. Ketika merasa lapar, pada hakekatnya perut
sedang menuntuthaknya. Jika bukan bulan Ramadhan dan perut sudah lapar,
penuhilah haknya.
Sahur dan berbuka dibulan Ramadhan pada
hakekatnya mengajarkan kita untuk kembali memperhatikanhaknya perut.
Jika kita dapat memenuhi hak perut di bulan Ramadhan, mengapakita sulit
memenuhi haknya perut di bulan-bulan selain Ramadhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar