Teman-teman sudah pernah baca tentang Keajaiban Hujan? Artikel ini ditulis oleh Harun Yahya.
Ada hal menarik yang mungkin berguna untuk kita semua. Dalam artikel
itu dijelaskan tentang ukuran hujan dilihat dari kecepatan turunnya
hujan. Berikut saya petikan tulisan terkait dengan kecepatan hujan;
Pengukuran
lain yang berkaitan dengan hujan adalah mengenai kecepatan turunnya
hujan. Ketinggian minimum awan adalah sekitar 12.000 meter. Ketika turun
dari ketinggian ini, sebuah benda yang yang memiliki berat dan ukuran
sebesar tetesan hujan akan terus melaju dan jatuh menimpa tanah dengan
kecepatan 558km/jam. Tentunya, objek apapun yang jatuh dengan kecepatan
tersebut akan mengakibatkan kerusakan. Dan apabila hujan turun dengan
cara demikian, maka seluruh lahan tanaman akan hancur, pemukiman,
perumahan, kendaraan akan mengalami kerusakan, dan orang-orang pun tidak
dapat pergi keluar tanpa mengenakan alat perlindungan ekstra. Terlebih
lagi, perhitungan ini dibuat untuk ketinggian 12.000 meter, faktanya
terdapat awan yang memiliki ketinggian hanya sekitar 10.000 meter.
Sebuah tetesan hujan yang jatuh pada ketinggian ini tentu saja akan
jatuh pada kecepatan yang mampu merusak apa saja.
Namun
tidak demikian terjadinya, dari ketinggian berapapun hujan itu turun,
kecepatan rata-ratanya hanya sekitar 8-10 km/jam ketika mencapai tanah.
Hal ini disebabkan karena bentuk tetesan hujan yang sangat istimewa.
Keistimewaan bentuk tetesan hujan ini meningkatkan efek gesekan atmosfer
dan mempertahankan kelajuan tetesan-tetesan hujan ketika mencapai
“batas” kecepatan tertentu. (Saat ini, parasut dirancang dengan
menggunakan teknik ini).
Berdasarkan keterangan di atas, kecepatan hujan itu hanya sekitar 8-10
km/jam, sehingga tidak membahayakan kondisi alam di bumi. Bagaimana bila
hujan turun dengan kecepatan 558 km/jam? Berdasarkan keterangan di
atas, bila hujan turun dengan kecepatan ini, semua lahan tanaman akan
hancur, rumah dan kendaraan akan mengalami kerusakan.
Maha
Bijaksana Allah yang telah menurunkan hujan dengan kecepatan hanya
sekitar 8-10 km. Berbicara tentang ukuran, saya teringat dengan sebuah
tulisan karya Abdurrazaq Naufal. Dalam bukunya, Abdurrazaq Naufal
menjelaskan bahwa posisi matahari saat ini merupakan posisi yang sudah
ideal. Bila jarak antara matahari dijauhkan sedikit saja dari bumi, maka
seluruh makhluk di bumi akan membeku. Sebaliknya bila jarak matahari ke
bumi, didekatkan sedikit saja, maka seluruh makhluk yang ada di bumi
akan terbakar.
Sekali lagi Maha Bijaksana Allah yang telah menentukan ukuran jarak matahari ke bumi.
Di dalam buku Wujudullah karya Dr. Yusuf Al-Qaradhawi dijelaskan bahwa
segala yang memiliki ukuran pasti ada yang menentukan ukurannya. Celana
atau baju yang dibuat di tukang jahit, ukurannya ditentukan oleh si
pemesan. Ukuran buku yang akan dicetak ditentukan oleh pemesan buku dan
seterusnya.
Di dalam buku ini Qaradhawi menyitir sebuah
ayat, “dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan
ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.” (QS Furqaan (25):2)
Dalam buku Thariiqul Iman, karya Samih Athif Zain dijelaskan tentang
sikap orang-orang Komunis. Mereka berpendapat berubahnya air menjadi es,
karena benturan antar materi, perubahan itu merupakan perubahan yang
alami, tidak ada campur tangan Tuhan. Sikap mereka ini dibantah dengan
sebuah pertanyaan, “Lalu kenapa air bisa menjadi es ketika sampai pada
suhu tertentu. Bila tidak sampai pada suhu itu, air tidak berubah
menjadi es?”
Kondisi alam yang ada di sekitar kita
sebenarnya merupakan informasi untuk kita tentang betapa Bijaksananya
Allah, betapa Kuasanya Allah.
sumber image: mypangandaran.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar